Kamis, 13 Juni 2019

CARA MEMANUNGGALKAN DIRI KEPADA DZAT ALLAH

Praktek penyatuan hamba dan tuhannya.
===============================

1. Duduklah dengan santai hingga tidak jatuh pada waktu sujudnya mencapai lepasnya sukma dari tubuh
2. harus berpakaian longgar, baik pada leher, dada, perut, kedua tangan serta kakinya, sehingga pernapasan dan jalannya darah tidak terganggu
3. Pilihlah tempat atau ruangan yg tenang agar nantinya tidak terganggu
4. Waktunya juga harus diperhatikan karna sangat penting, mengenai waktu yg tenang dan tepat adalah antara jam 02.00 atau 03.00, meskipun dilaksanakan pada pagi dan siang hari
5. Jasmani serta ruhani harus dibersihkan berturut-turut, jasmani disucikan dengan air suci yg menyucikan, kemudian ruhani disucikan dengan air suci, niat yg kuat disertai tekad bulat mau bersujud pada tuhan yg maha esa, setelah itu dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan (mulai bersujud)
________________________________________________________
PERTAMA: semua perhatian pribadi ditarik dan dipusatkan didalam ruang sanubari, dengan menyebut "ALLAHU AKBAR" sebanyak 7X
________________________________________________________
KEDUA: segala gejolak hidup ditekan dengan cara berdzikir nafi dan isbat yg bunyinya "LAA ILAAHA ILLA ALLAH" pengucapannya dilakukan secara jelas dan mendalam, sehingga getaran suaranya terasa didalam pusat kalbu, diucapkan sebanyak 7X, dan proses ini berlangsung pada ruang kalbu
________________________________________________________
KETIGA: sesudah pelaksanaan pada laku diruang kalbu berhasil, maka hamba meninggalkan ruang itu menuju keruang fuad dan kemudian mengucapkan dzikir isbat yaitu "ILLA ALLAH" sebanyak 7X, jika langgah ini berhasil maka sihamba telah suci kembali
________________________________________________________
Langkah selanjutnya ialah mengucapkan dzikir ismu dzat yg ucapannya berbunyi "ALLAH" secara terus menerus sampai TABIR PEMISAH antara diri hamba dengan Allah tersingkap
________________________________________________________
Peristiwa ini berlangsung pada ruang SYIRULLAH atau BAITULLAH, dan busana hidup masih lengkap namun sudah tidak lagi mengendap, sehingga.suasananya dalam keadaan hening
________________________________________________________
Pada kondisi itulah sang diri hambai sudah bersatu dengan tuhannya atau dalam istilah jawa MANUNGGALING KAWULA LAN GUSTI, dan pada saat itu berlakulah KALAM QADIM sehingga apa yg diucapkannya bisa terjadi "KUN FA YAKUN"
________________________________________________________




🙏🙏🙏wasalam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GARIS KETURUNAN ARAB

Suku Arab-Indonesia adalah penduduk Indonesia yang memiliki keturunan etnis Arab dan etnis pribumi Indonesia. Pada mulanya mereka umumnya ...